Sementara banyak orang di luar sana yang saling membodohkan satu sama lain, untuk saat ini (dan mungkin hingga beberapa hari ke depan), aku akan sibuk membodohkan diriku sendiri.
Bodohnya kelewatan!
Bagaimana tidak?
"Belajar dari pengalaman" nampaknya menjadi satu nasehat yang sulit aku terapkan pada diriku sendiri. Kebiasaanku ini sudah tidak bisa ditolerir lagi. Ya... kebiasaan melakukan apapun tanpa berpikir panjang terlebih dulu. Termasuk dalam urusan membeli barang. Kebiasaan ini bahkan sudah tidak lagi menjadi sekedar 'kebiasaan'. Ini penyakit! dan penyakit ini sepertinya sudah terlanjur mendarah daging. Kalau tidak dirubah, lama-lama bisa membuatku kere. Dampaknya terlalu sadis, terutama pada isi dompet.
Jadi begini ceritanya. Kemarin sore, aku pergi ke sebuah Mall di kawasan Grogol, tepatnya di depan Universitas Tarumanegara. Aku pergi kesana untuk membeli sebuah modem. Modem lamaku sudah tak memungkinkan lagi untuk digunakan. Bayangkan saja modem dengan spec kelas gprs, harus bertarung di tengah-tengah ibukota yang sudah terinfeksi 3G, HSPA, EVDO, dan teman-temannya. Terang saja modemku njepluk. Koneksinya super lelet, seperti anak kura-kura lomba lari sama ayam. Bukannya lari, anak kura-kura malah dipatok ayam. Atau lebih sadis lagi ditendang keluar dari arena balapan (apa sih?). Kesimpulannya, daripada modem ini megap-megap karena kecapekan ngesot, akhirnya diberi keistimewaan untuk pensiun dini. Diputuskan juga untuk menggantinya dengan modem baru, yang lebih manusiawi untuk diajak bersaing di tengah ibukota ini.
Setelah membuat mbak pelayan toko jengkel karena dijejali puluhan pertanyaan yang memang menjengkelkan, akhirnya aku membeli sebuah modem GSM yang konon tertulis specnya HSPA. Aku cerewet sekali disana. Tetapi untung mbak pelayan toko itu sabar. Seandainya posisi kami ditukar, kupastikan dia tak akan pernah menginjakkan kaki lagi di toko itu dan kuberikan bonus rasa malu yang luar biasa tak terlupakan.
Ok, kembali ke modem. Meskipun dapat bonus perdana flash unlimited, aku tidak berencana menggunakan jasa provider tersebut untuk akses internet. Alih-alih menggunakan flash, aku mencoba modem baru tersebut dengan kartu 3 (Tri). Mengapa? karena provider yang satu ini menawarkan tarif jasa internet yang menurut saya paling gila murahnya. Bayangkan saja, hanya dengan 35rb rupiah kita bisa berinternet supuasnya selama sebulan penuh, meskipun tetap dibatasi kuota.
Hasilnya? ehmm... kurang lebih seperti ini. Di kosku (kawasan Palmerah Utara), sinyal terbaik yang didapat hanya sampai EDGE, tidak ada 3G apalagi HSPA. Mak... kebayang kan leletnya seperti apa?
Sebenarnya bukan salah provider. Sewaktu menyelesaikan postingan ini, aku berada di Hotel Menara Peninsula, Jakarta. Disini sinyal HSPA dapat ditangkap dengan sangat baik, sehingga akses internet bisa menjadi sangat cepat. Di kos, waktu modem dicolokkan dan dikoneksikan biasanya muncul tulisan speed up to 236,* Kbps. Sementara disini, begitu dikoneksikan muncul tulisan speed up to 7,2 Mbps. Wuih... mantap bukan? Jadi sampai disini aku mengambil kesimpulan sebagai berikut : untuk menggunakan provider tertentu, perhatikan dulu lokasinya. Apakah di tempat itu sinyal 3G, HSPA, ataupun EVDO (bagi pengguna CDMA) dapat ditangkap atau tidak. Karena apabila tidak, sebagus apapun spec modem kamu, hasilnya nol. Lelet.
Beberapa minggu sebelumnya, aku meminjam modem dari seorang teman di kos untuk akses internet. Modemnya ZTE AC2726 yang dibundling dengan kartu Smart. Di kosku, modem ini dapat menangkap sinyal EVDO sehingga kecepatannya sangat baik dan stabil. Sejak saat itulah terpikir untuk membeli modem dan menggunakan provider yang sama. Namun beberapa hari setelahnya, seorang teman lain di Jakarta memberi informasi bahwa akses provider Tri bisa menjadi sangat cepat di daerahnya (kawasan Pluit). Bahkan lebih cepat dibandingkan di Klaten, kampung halaman kami berdua. Tanpa berpikir panjang, aku membeli modem GSM dan berencana menggunakan provider Tri. Dan beginilah hasilnya.
Inilah yang aku sebut sebagai 'kebodohan'. Aku seringkali memutuskan segala hal tanpa berpikir panjang terlebih dulu. Apalagi dalam urusan membeli barang. Kalau aku pintar, seharusnya aku membeli modem Smart yang sudah jelas-jelas dapat menangkap sinyal EVDO dan bisa akses internet dengan cepat di kosku. Bukannya termakan omongan teman yang 'memang' faktanya dia bisa mendapat akses internet dari provider Tri dengan sangat cepat, tapi helooooooo..... dia di Pluit, aku di Palmerah.
Kejadian ini sudah berkali-kali aku alami, membeli barang tanpa berpikir panjang terlebih dulu. Entah penyakit seperti ini, menjadi manusia yang tidak bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan, bisa sembuh atau tidak. Misalnya saja sehari sebelum aku membeli modem (yang akhirnya nganggur) ini, aku pergi ke Mall yang sama untuk membeli buku di Gramedia. Alih-alih mendapat buku yang aku cari, dengan tidak sengaja aku malah membeli sebuah buku gambar, spidol warna, tinta cina, dan sebuah kuas. Jangan tanya kenapa, aku tidak bisa menjawabnya. Sampai sekarang aku pun masih bingung kenapa aku membeli barang-barang tersebut.
Belajar dari pengalamanku kawan, apabila hendak membeli modem sebaiknya tentukan dulu provider apa yang akan kalian gunakan. Melakukan pengecekan dulu akan lebih baik, apakah di kawasan kalian provider tersebut dapat menangkap sinyal 3G, HSPA, ataupun EVDO. Setelah yakin provider tersebut dapat bekerja dengan baik untuk akses internet, baru lah kalian beli modem yang support untuk provider tersebut. Pikir panjang sebelum memutuskan segala hal, apalagi dalam membeli barang karena akan menjadi aset.
kenapa shaker MILOnya ga ikut memeriahkan nona?
ReplyDeleteSepertinya sudah ada yang tergiur untuk turut memeriahkan... hahaha
ReplyDeleteKSKS (Koreksi Saya Kalau Salah) :D